Wednesday, March 28, 2012

Delirium

Judul: Delirium
Penulis: Lauren Oliver
Penerjemah: Vici Alfanani Purnomo
Penyunting: Prisca Primasari
Penerbit: Mizan Fantasi
Tahun: 2012
Hlm: 518
ISBN: 9789794336465

The most dangerous sicknesses are those that make us believe we are well
- Proverb 42, The Book of Shhh

Saya pernah membaca tentang kehidupan masyarakat Korea Utara yang sangat tertutup itu. Di sana, penggunaan listrik diatur, jam malam diberlakukan, pekerjaan ditentukan negara, bahkan hiburan pun dibatasi.
Akses internet? Informasi ke dunia luar? Hanya mimpi.
Meski begitu, masyarakat Korea Utara percaya (tepatnya terdoktrin) bahwa hidup mereka adalah hidup yg terbaik. Bahwa kehidupan di luar negara mereka adalah hidup yang menyedihkan dan  susah. Karenanya mereka sangat berterima kasih dan memuja presiden mereka (kala itu) Kim Jong Il.

Saya jadi terpikir, apa jadinya kalau suatu saat warga KorUt berkesempatan ke dunia luar dan menyadari bahwa hidup bebas di negara lain lebih menyenangkan dari negara mereka? Dan menyadari bahwa sistem komunis yang dianut negara mereka bukanlah sistem yang terbaik dan nilai-nilai yang diajarkan kemungkinan bohong belaka. Apakah mereka akan merasa terkhianati atau dibohongi?

Mungkinkah perasaan mereka sama dengan perasaan Lena Haloway saat pertama kali melihat Alam Liar?
I am no one special. I am just a single girl. I am five feet two inches tall and I am in-between in every way. But I have a secret.
Lena tinggal di Portland (USA) di suatu masa ketika Cinta dianggap penyakit menular mematikan dengan nama lain Amor Deliria Nervosa. Dipercaya Cinta sebagai penyebab perang, kebencian dan nafsu buruk. Untungnya, 43 tahun yang lalu ditemukan penawar untuk virus Cinta ini. Di masa lalu, warga negara yang telah berumur 18 tahun diwajibkan untuk mengikuti prosedur penyembuhan. Dan mereka yang menolak, diasingkan keluar dan hidup di Alam Liar (jadi ceritanya di seluruh negeri dibangun tembok pembatas untuk memisahkan daerah yang sudah disterilkan dari virus cinta).

Awalnya Lena bersemangat menanti gilirannya disembuhkan. Dia ngeri membayangkan hidup di bawah langit yang sama dengan virus cinta tanpa proteksi apapun dalam tubuhnya. Tapi semuanya berubah saat dia berkenalan dengan Alex Sheathes. Lena menyadari dia terindeksi  Amor Deliria Nervosa namun tak mampu mematikan perasaannya.

Alex memperkenalkannya pada dunia yang baru dan terasa seperti roller coaster. Alex juga menunjukkan pada Lena seperti apa rupa Alam Liar dan bagaimana rasanya bebas dari pengawasan pemerintah. Dan segera, Lena bisa melihat kekurangan yang ada di dunianya.

Betul...dunia tanpa cinta adalah dunia tanpa kesedihan. Tak ada rasa galau, kecewa atau pun patah hati, namun juga tak ada kebahagiaan dan tawa gembira. Dunia yang datar dan menyedihkan. Dan akhirnya Lena menyadari kebenaran kalimat ini : "You can't be happy unless you're unhappy sometimes".
Sungguh jauh dengan promosi pemerintah yang mendoktrin hidup jauh lebih baik tanpa cinta.
Dari Alex juga lah Lena mengetahui kenyataan di balik pemusnahan besar 43 tahun lalu dan membuat dia sadar seberapa besar kebohongan yang diciptakan pemerintahnya demi membasmi virus cinta.

Dia ingin memberontak dan melawan sistem. Dia ingin hidup bebas dan bahagia bersama Alex. Tapi apa yang bisa dia lakukan, seorang gadis yang biasa-biasa saja, melawan sebuah sistem yang sudah berlangsung puluhan tahun?
...You can build walls all the way to the sky and I will find a way to fly above them. You can try to pin me down with a hundred thousand arms, but I will find a way to resist...”
Walau pun sudah lama tertarik dengan buku ini, namun saya membutuhkan waktu 5 hari untuk menyelesaikann. Salahkan openingnya yang lamban, salahkan juga terjemahan di bab awal yang kurang mengalir. Juga salahkan suasana musim panas di buku ini, yang saking terasa-nya membuat saya ikutan merasa gerah dan jadi malas melanjutkan baca (halaaahhhh....diri sendiri yang males malah nyalahin yang lain :D).

Tapi bersabarlah melewatkan 3 bab awal, dan saya yakin Anda akan menikmati buku ini seperti yang saya alami. Tentunya hal ini sangat terbantu dengan karakter Alex yang bikin penasaran sekaligus klepek-klepek serta chemistry Alex dan Lena yang alami.
Juga side story yang mengharukan tentang cinta ibu Lena ke anak-anaknya. Bagian itu terasa mengharukan karena menunjukkan besarnya cinta sang ibu dan usahanya untuk menunjukkan pada putrinya kalau mereka dicintai walaupun harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
"...And there are many of us out there, more than you think. People who refuse to stop believing. People who refuse to come to earth. People who love in a world without walls, people who love into hate, into refusal, against hope,and without fear..."
Namun yang paling menarik adalah gambaran rinci mengenai gejala Amor Deliria Nervosa lengkap dengan prosedur penyembuhannya, suasana dan pola hidup masyarakat di jaman Lena, serta kerja sistem negara untuk memastikan semua warga aman dari virus cinta tersebut.
Yap perincian di atas itu memang membuat novel ini terasa lambat, namun toh saya menyadari bahwa hal ini memang perlu.

Untuk terjemahan, di bab awal memang kaku. Tapi makin ke belakang makin luwes kok. Dan setelah mengintip versi aslinya, saya malah jadi salut. Bayangin aja, kitab yang berisi panduan untuk hidup sehat, selamat dan tenteram atau disingkat "Psst" ternyata dalam versi aslinya berjudul "Shhh" (singkatan dari The Safety, Health, and Happiness Handbook). Woww...dari "Ssh" ke "Psst". Bisa pas gitu diubah namun gak mengubah arti judul kitab tersebut. Kereeennn! Sayangnya, diksi-diksi indah khas Lauren Oliver pun turut berubah. Yah...itu resiko sebuah buku terjemahan sih ya. Toh Mizan sudah berusaha maksimal untuk memberi terjemahan semirip mungkin.

Yang juga menarik adalah misteri-misteri seputar latar belakang Alex dan Lena yang diungkap secara perlahan oleh Lauren Oliver. Dan bikin geregetan karena sampai akhir masih ada misteri yang dirahasiakan (disimpan untuk buku kedua mungkin).
“...I love you. Remember. They cannot take it.
Sayangnya, masih ada beberapa hal yang menjadi tanda tanya saya. Misalnya saja : apakah Cinta hanya dianggap berbahaya di USA saja atau juga di negara lain? Kalo hanya di USA, kenapa warga Alam Liar gak mencoba cari suaka ke negara tetangga seperti Meksiko atau Kanada misalnya?
Lalu hal apa sih yang membuat Cinta dianggap sebagai penyakit mematikan? Cuma karena Cinta dianggap penyebab perang? Bagaimana dengan keserakahan dan ambisi? Apa itu juga penyebabnya karena cinta?

Hmm...saya berharap hal-hal ini akan lebih dibahas di buku kedua.

Dan sementara itu, 3,5 bintang untuk Delirium. Setengah bintang dikurangi karena cover versi Mizan tuh 'nggak banget, kalah jauh dibanding cover aslinya. 1 bintang lagi dikurangi untuk terjemahan yang kaku di awal.

“I know that life isn't life if you just float through it. I know that the whole point- the only point- is to find the things that matter and hold onto them and fight for them and refuse to let them go.” 

3 comments:

  1. Great review !!!
    Ending Delirium memang membuat pembaca penasaran krn pembaca ingin tahu apa yg akan terjadi dgn Lena dan Alex. Sayangnya di Pandemonium qt tdk akan menemui Alex.
    Aq jg setuju klo cover Indonesia Delirium "nggak bgt".

    ReplyDelete
  2. @Dinda_SI : makasi udah berkunjung. Huaa...jadi makin penasaran baca Pandemonium.
    Lebih seru dr Delirium ya?

    ReplyDelete
  3. pengen banget cepet-cepet baca lanjutannya, endingnya bikin mencak-mencak :))

    ReplyDelete