Thursday, April 4, 2013

Berburu Buku di Delhi

Sebagai penimbun pecinta buku, saya selalu menyempatkan diri untuk singgah ke toko buku dan beli minimal satu buku dari setiap kota/negara yang baru saya kunjungi.
Tapi waktu saya membuat rencana liburan ke India, dengan semangat saya langsung siapin 1 koper kosong khusus buat nampung buku. Oohh...I know for sure that the voracious reader in me that always get itchy would get a big nice scratch in India.

India emang terkenal dengan buku-buku murahnya, terutama textbook kuliah (apalagi textbook kedokteran). Jaman kuliah dulu, sebagai mahasiswa pecinta barang murah kualitas bagus bilang aja mahasiswa ngepas, textbook terbitan India jelas jadi incaran. Kualitasnya sama dengan textbook terbitan Jerman ato US, dengan harga setengahnya. Siapa yang gak ngiler coba? Dan sejak itu, saya penasaran pengen buktiin semurah apa sih harga buku di sana.

Makanya ketika tahu bakal ke Delhi yang adalah salah satu pusat buku di India, dengan semangat saya pun langsung cari info. Ada banyak toko buku dan beberapa book market di Delhi sebenarnya. Tapi karena keterbatasan waktu, saya cuma sempat singgah ke tiga tempat ini :


1. Darya Ganj

source
Darya Ganj adalah sebuah jalan/daerah yang terletak di kawasan Old Delhi. Di sini ada book market yang sudah berjalan selama +/- 300 tahun. Khas dari Darya Ganj adalah pasar buku ini hanya beroperasi tiap hari Minggu. Kalo kamu datamg di hari lain, dipastikan gak akan nemu satu penjual buku pun.

Semua penjual akan menjajakan bukunya di trotoar, dan bisa kita liat sepanjang jalan kenangan yang panjang itu ada puluhan ratusan jutaan buku terhampar di tepi jalan. Saya sempat euphoria dan lupa diri waktu pertama datang ke sini. "Buku! Buku!! BUKU!!!" jeritan batin saya lengkap dengan liur yang menetes (okay...ini jorok) X).

Lalu dengan semangat, saya pun mulai jabanin satu demi satu penjual bukunya. Sayang, antusiasme saya short-lived. Kenapa?
Jadi gini, sebelumnya saya sudah tahu kalo di Darya Ganj itu kebanyakan jual buku bekas. Dan saya gak masalah dengan itu. Malah saya excited banget karena dari info, harga buku second-nya rata-rata seperempat harga buku baru. Huaaa....asik banget!

Tapi ternyata, bukan cuma buku second yang ada di sini. Banyak buku bajakan, bahkan ada yang jual secondnya bajakan. Untunglah kemampuan pembajak di India belum secanggih di Indo, jadi lumayan gampang bedain mana bajakan, mana asli.

Dan kamu mesti pinter liat buku second juga. Banyak yang kondisinya gak bagus seperti halaman yang hilang, sobek ato cover yang terkoyak. Dan terutama, janganlah puas di penjual pertama yang kamu temui. Coba liat penjual lain. Karena bisa aja kamu nemu si A jual buku second dengan harga yang sama dengan si B yang jual buku baru.

Lalu, sebagian besar penjual buku di sana seenaknya campurin buku kuliah dengan novel fiksi. Yah rata-rata penjual mau bantuin kamu cari buku inceran sih, masalahnya customer kan bukan cuma kamu. Jadi bersiaplah untuk ubek-ubek sendirian.
Berhubung itu daerah terbuka, jadi hawanya sungguh PANAS. Dan percayalah, diterjang matahari nan garang di India sambil ubek-ubek nyari buku, belum lagi kadang musti rebutan dengan customer lain ditambah perang tawar harga sama penjualnya, bukanlah kombinasi yang nyaman untuk belanja.

source
Emang saya yang salah sih. Mestinya saya datang sekitar jam 8 pagi waktu pasar-nya baru mulai beroperasi, pembeli belum banyak dan penjual masih asik untuk diajak adu tawar harga. Instead, saya malah datang jam 1 siang, saat matahari lagi kambuh jiwa eksibisionisnya dan mood penjual udah drop.
Jadi yah, kalo kamu mau ke Darya Ganj,  please datanglah sepagi mungkin. Dan siapkan air mineral sebotol serta mental baja untuk nawar. Hati-hati, berhubung kamu turis harganya bisa naik menggila. Memang sih, harga yang mereka kasi masih lebih murah daripada harga pasaran dan sebagai orang Indo, saya udah girang aja dapat harga murah gitu. Tapi teteeepp, kudu nawar lagi.

Contohnya nih, waktu saya mau beli seri A Song of Ice & Fire. Harga resmi per bukunya 400 Rs (1 Rs = 200 IDR), saya dikasi harga 250 Rs (50rb). Saya girang dong. Di Jakarta mana dapat harga segitu untuk buku import ASOIF? Tapi temen saya yang orang India itu langsung bantu nawar dan akhirnya saya dikasi harga 100 Rs (20 IDR) per buku. However, saya gak beli banyak buku di sini. Cuma beli ASOIF dan dua buku terbitan BBC tentang sejarah kaum Sikh.

Oya, satu tips tambahan, kalo mau ke Darya Ganj jangan bawa apa-apa selain hp, dompet dan botol aqua. Kalo bisa malah cukup bawa duit aja, dompetnya ditinggal. Buat cewe : jangan bawa handbag deh, selain ribet juga rawan copet. Kecuali punya teman ato pendamping yang bisa disuruh jagain tas sementara kamu asik bongkar buku. Karena itu pula saya gak bisa foto sendiri situasi di sana dan akhirnya dibantu Om Google :'( .  Kalo mau baca-baca lagi tentang Darya Ganj, bisa coba ke link ini dan link ini atau link ini.

2. Nai Sarak Road

source

Hampir mirip dengan Darya Ganj, di sini juga sebuah jalan yang kiri kanannya penuh toko buku. Bedanya Nai Sarak buka di hari kerja (tutup di hari minggu karena para penjualnya ngampar di Darya Ganj) dan buku tidak dijajakan di trotoar, tapi dalam toko atau kios.
So yah...relatif lebih nyaman lah.

Dari info sih, Nai Sarak ini lebih dikenal sebagai pusatnya buku kuliah. Kalo kamu desperate nyari textbook, cobalah tengok Nai Sarak. Besar kemungkinan kamu bakal nemu textbook yang dimaksud di sana.
Dan waktu ke sana juga saya perhatiin sepanjang jalan kebanyakan sih toko yang jual buku kuliah. Malah ada toko yang spesifik menegaskan jual buku kuliah akunting atau hukum atau kedokteran. Tapi masih ada kok toko yang spesialis jual children book, second book bahkan ada juga toko yang jual semua jenis buku.
Lumayan gampang menentukan toko mana yang sesuai dengan kebutuhanmu di Nai Sarak, karena setiap toko punya papan nama yang merinci jenis buku yang dijual, dari etalasenya juga udah kelihatan.

source
Oya, Nai Sarak itu gang kecil yang menghubungkan 2 jalan besar di Delhi. Untuk ke sana, gak bisa naik mobil. Jadi siap aja naik becak ya. Jangan kepikir jalan kaki deh untuk menyusuri sepanjang Nai Sarak. Kenapa? Soalnya saya yakin kamu bakal kalap belanja dan nantinya repot bawa belanjaanmu. Kalo ada becak kan enak. Dan kalo kamu mau jalan kaki menyusuri Nai Sarak, si becaknya bisa ngikutin. Kalo mau murah sih, sewa aja becaknya untuk 3-4 jam gitu, lebih murah dan praktis (kayaknya ini saran yang gak penting ya? XD)

Anyhoo...berhubung auranya di sini mirip kayak Darya Ganj, jadi same rules applied.
You know : datang pagi sebelum ramai supaya enak nawar buku-nya, waspada copet jadi bawa barang seringkas mungkin, hati-hati sama buku palsu. Dan perhatiin juga, jangan sampe kamu beli buku palsu dengan harga baru.

Oya soal buku palsu ini, saya heran. Jadi saya perhatiin, kalo customernya orang India, si penjual jujur kasi harga buku palsu (paling mahal 100 Rs, setebal apapun itu), tapi kalo ke saya (turis) kok dikasi harga buku baru resmi ya? Jadi dia ngarepin saya tertipu beli buku bajakan dengan harga resmi. Emang dia kira saya gak bisa bedain mana buku palsu dan asli apa?
Hih! Sorry! Sebagai orang Indo, saya lebih terlatih bedain barang piracy dan genuine daripada situ. Huh! (eh mestinya gak usah bangga ya? XD).

So balik ke toko bukunya. Setelah singgah di beberapa toko (dan ilfil karena ditawarin buku palsu) juga liat-liat buku second, saya pun memilih belanja di Sagar Book Depot. Soalnya saya liat di situ lengkap : dari buku second sampe baru ada, semua bukunya asli dan shopkeepernya sangat membantu (penting banget ini!).
Dan di sinilah, saya menggila belanjanya (_ _"). Apa aja yang saya beli? Sila cek foto ini :


Untuk semua buku itu, saya habis sekitar 3000an Rs. Tentu itu setelah nawar lagi, kalo gak nawar entah deh habis berapa. Sebagai ilustrasi, ini saya tunjukkin ya :

1. Harry Potter boxset itu harga resminya 3300 Rs (sekitar 660 IDR). Saya dikasi diskon 30% jadi 2300 Rs (460 IDR) dan masih ditawar lagi jadi 1500 Rs.
2. Midnights Children itu mestinya 400 Rs, dikasi harga 300 Rs, harga akhir jadi 200 Rs
3. Fifty shades of grey boxset juga dari 1200 Rs jadi 700 Rs
4. Anna Karenina & Godfather yang tadinya 350 Rs jadi sekitar 175 Rs.
Yah saya masih bisa terus kasi list harga buku, tapi kamu sudah dapat gambarannya kan? Cobalah mulai tawar diskon 50%. Dan makin banyak beli, tentu diskonnya makin besar.

3. Jain Book Depot

source
Toko buku yang terletak di Connaught Place ini salah satu toko buku milik pemerintah. Artinya semua buku yang ada di sini dijamin asli tapi juga harga pas tanpa diskon :D. Suasananya nyaman (mirip suasana di Toga Mas ato Gramedia), shopkeepernya sangat membantu dan pilihan bukunya luas. Kalo kamu cuma mau beli 3-4 buku sih (apalagi kalo yang diincer buku baru), mendingan ke Jain saja soalnya mudah dijangkau aksesnya. Agak repot ya jauh-jauh ke Nai Sarak cuma buat beli sedikit buku, soalnya besaran diskon di Nai Sarak kan tergantung belanjaanmu.

Jain Book ini sebenarnya nama salah satu penerbit lokal di India dan toko di Connaught Place ini salah satu outlet mereka. Biar gitu, yang dijual gak hanya buku-buku terbitan Jain kok. Dan toko ini punya gudang besar entah di mana. So kalo gak nemu buku yang kamu cari, tanya aja ke shopkeepernya. Mereka mau kok cariin ke gudangnya, biarpun kamu cuma nyari 1 buku aja.

Di Jain ini juga saya jadi ngeh kalo ternyata ada beberapa buku yang diterbitkan khusus untuk dijual di India dan harganya bisa lebih murah. Jadi gini, beberapa publisher internasional seperti Penguin, Random House dan Harper Books punya pabrik sendiri di India. Lalu tiga publisher itu mencetak buku yang khusus dijual di India dan buku yang untuk kualitas export (kertas putih). Nah buku yang khusus dijual di India ini lebih murah daripada yang export.

Sebagai contoh, The Book Thief-nya Markus Zusak dijual 2 versi di Jain Books ini. Ada versi terbitan Random House untuk export dengan harga 350 Rs (70 IDR) dan khusus untuk India yang harganya 200 Rs (40 IDR) saja.
Gimana taunya mana yang dipasarkan khusus India dan mana yang buat eksport? Gampang sih. Liat aja di backcover bukunya. Kalo khusus India, biasanya ditulis : "For sale in Indian subcontinent only". Ato kadang ditulis : "For sale in Indian, Pakistan, Nepal only". Untuk info lebih jauh tentang Jain, bisa dicek di web mereka.

Saya gak beli banyak buku di Jain, soalnya tujuan awal ke sini cuma cari textbook kuliah titipan adik saya. Itu pun cuma sekadar mampir sebelum ke bandara. Tapi tetap ya, kalo gak bawa pulang 1-2 buku rasanya ada yang kurang. Jadi saya beli 3 buku ini di Jain :


4. Sebenarnya selain tiga tempat di atas, masih banyaaakkk toko buku di Delhi. Dan banyak juga yang menjajakan bukunya di trotoar.
Nah sehubungan dengan itu, saya mo bilang aja kalo di seberangnya Jain Book Depot itu kan ada perempatan. Belok kanan dari perempatan itu, kamu bisa nemu penjual buku di trotoar ini (sayang saya gak sempat foto karena buru-buru). Saya liat sih koleksinya lumayan lengkap, bukunya asli (seenggaknya yang saya lihat) dan harganya diskon 10% dari harga di Jain. Malah kalo mau tawar, penjualnya bisa kasi diskon 25%-30%. So kalo kamu lagi ada di sekitar Connaught Place dan mau singgah beli buku, saran saya sih tengok ke penjual ini deh sebelum ke Jain Book Depot.

Yah hanya segitu sajalah book trip saya di Delhi. Sayang sih, saya cuma 2 hari di sana, jadi gak sempat datangin berbagai book store di Delhi. Kalo diliat dari list yang di link ini sih, sepertinya saya butuh waktu 1 minggu di Delhi, khusus buat trip ke book store-nya aja ^__^
(Dan saya juga butuh bagasi 50 kg dan cash yang buanyaakkk. Bikin ngiler semua sih) X).
Dan memang ya, India itu surganya book lover. Lucky them for that part. :)

Monday, April 1, 2013

Harry Potter & The Prisoner of Azkaban


 Data Buku :
Judul : Harry Potter and The Prisoner of Azkaban
Penulis : J.K. Rowling
Penerbit : Bloomsburry Publishing
Bahasa : Inggris
Tahun Terbit : 2000
Format : Hardcover
Rating : 5 out of 5 stars

Yay...Hotter Potter udah masuk bulan ke-3 dan artinya udah 3 buku Harry Potter yang saya re-read. Gak nyangka, dari sekian challenge yang saya ikuti, saya malah paling committed sama Hotter Potter ini :)).
But I can't help it. Soalnya cerita Harry Potter makin ke belakang makin seru dan bikin nagih X).
Oiya, sebelum lanjut, saya kasi warning dulu ya kalo review ini bakal penuh SPOILER. 

Harry Potter menjalani tahun ke-3 yang sibuk di Hogwarts. You know, mata pelajaran yang makin banyak dan berat, jadwal latihan Quidditch yang makin ketat (apalagi ditambah ambisi kapten tim untuk memenangkan Quidditch Cup berhubung ini tahun terakhir sang kapten), belum lagi ulah kedua sahabatnya Ron dan Hermione yang sepertinya susah banget berdamai. Dan perselisihan mereka makin sengit sejak kucing peliharaan Hermione selalu mengincar tikus peliharaan Ron.
Jadi ketika Harry tahu tentang narapidana yang kabur dari Azkaban, awalnya dia gak peduli. Ya, Sirius Black (si napi) memang membunuh banyak muggle dan ya, karenanya keamanan di Hogwarts musti diperketat. Tapi itu bukanlah fokus utama Harry.

Sampai kemudian dia menemukan hubungan masa lalu antara Sirius Black dan kedua orang tua Harry serta peran Sirius pada malam yang mengubah hidupnya 13 tahun lalu.
Wajar kalo Harry merasa marah dan dikhianati sehubungan dengan Sirius Black ini.
Tapi ternyata, bukan hanya itu rahasia yang tidak diketahui Harry. Kenyataan tentang malam bersejarah itu sungguh jauh di luar perkiraan Harry.
It's not Rowling if she doesn't have some twists up her sleeve. And what a twist it was.
Bravo Rowling!
“But you know, happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the light." -Albus Dumbledore-
Setelah kelar baca ulang buku ini, maka bisa saya katakan tanpa ragu bahwa Harry Potter & Prisoner of Azkaban (POA) akan selalu menjadi buku terfavorit saya dari seri Harry Potter ini.

Di buku ini, Harry & the gank sudah cukup dewasa, konfliknya juga makin berat, persahabatan mereka (untuk pertama kalinya) teruji dengan perselisihan. Tapi toh mereka belum sedewasa itu hingga konfliknya bisa jadi terlalu berat, masih terasa hawa innocence khas kanak-kanak di buku ini. Oh I love this "i'm-not-a-kid-not-yet-an-adult" phase.

Dan ada Quidditch Cup!
Oh...I'm so excited. Quidditch di tahun ketiga ini paling seru dan menegangkan karena yah...kita bisa lihat Harry dan team Gryffindor masuk ke babakl final (akhirnya!). Dan pertandingan finalnya itu seru banget. Saya ingat, pertama kali baca adegan itu, saya gak bisa berhenti. Saya bahkan ikut menandak-nandak saking excited-nya. Dan kemarin, excitement yang sama kembali saya rasakan. Yep, adegannya masih seseru itu ternyata.

Lalu ini satu-satunya buku dimana pelajaran Defense of Dark Art mendapat guru yang "beres" (yaaa kalo werewolf bisa dianggap beres sih). Dan guru yang "beres" ini membuat saya lebih paham dunia Harry Potter. Saya jadi tahu dengan makhluk semacam Grindylow, Red Caps, Kappa, dll.

Dan 2 makhluk favorit saya :
1. Dementor, yang bisa menghisap seluruh kebahagiaan manusia di sekitarnya dan bahkan memberi dampak buruk kepada beberapa orang tertentu.
But what's interesting about dementor is the patronus charm (a charm to banish dementor). I like JKR's idea about this whole dementor thing.
See...actually we're all have our own dementor, something or someone that could depress us and suck our happiness away. BUT...dementor can be fought. As long as you keep that happy memory and positive attitude inside you, then for sure you could beat that dementor.

2. Boggart. Ini satu lagi makhluk paling menarik dari dunia Harry Potter. Saya selalu penasaran, kira-kira apa bentuk boggart saya ya? Dulu saya pikir badut ato cicak. Tapi sekarang?
Hmm...saya sangat yakin, boggart saya bukan itu.
But what's more intriguing about boggart is how to finish it. Lupin said the thing that really finishes a boggart is laughter. So...according to Rowling, the way to conquer your fear is by laughing about that,  no matter how scare you actually are, just stay calm and don't forget to find the funny side of that.
That's a cool philosophy, Ms. Rowling. Gotta keep that in mind. 
(PS : Bye the way, since my (maybe) greatest fear now is death, could I say that I laugh in the face of death?)

Tapi yang paling saya suka dari buku ini adalah mixed emotions yang saya rasakan sewaktu membacanya. Bermula dari suasana lazy-summer sewaktu Harry bersantai di Diagon Alley, lalu penasaran tentang apa itu dementor dan kenapa Harry punya reaksi yang ekstrim, ikut merasakan serunya kelas Defense of Dark Art di bawah asuhan Lupin, ikut ngerasa "gak-nyangka" waktu tahu tentang kasus Sirius 13 tahun yang lalu, ketegangan di final Quidditch, kembali bengong waktu tahu fakta sebenarnya dan hubungan Sirius dan James-Lily Potter, ikut merasakan antusiasme Harry waktu dia berpikir akhirnya bisa keluar dari rumah Dursley dan...kecewa ketika ternyata takdir berkata lain.
What a rollercoaster reading experience it was :).

Biar gitu, saya punya kebingungan tersendiri pada buku ini, terutama sih dengan keberadaan time turner dan marauder's map itu.
Jadi pertanyaan ini bermula dari kalimat berikut :

"The important thing is, I was watching it carefully this evening, because I had an idea that you, Ron, and Hermione might try and sneak out of the castle to visit Hagrid before his hippogriff was executed."  - Remus Lupin-

 Hmm...jadi kalo Lupin memang memperhatikan Marauder's Map dengan seksama, kenapa dia gak nyadar kalo ada 2 Harry dan Hermione waktu adegan "pembantaian" Hippogriff itu?
Pertanyaan yang sama juga bisa diajukan ke Snape waktu dia melihat ke Marauder's Map. Okelah...mungkin Snape memang gak mengamati peta dengan seksama, jadi dia gak ngeh dengn dobel Harry & Hermione, tapi kenapa dia gak ngeh dengan keberadaan Peter Pettigrew? Mereka semua di ruangan yang sama kan?
Ah..again, one of my unanswered questions.

Tapi tetap saja, saya beranggapan JKR memang jenius dengan seri Harry Potter ini. This is just one of those series you can't put down until you've read the last line and then you're anxious to pick up the next in the series. And this third book made that anxious feeling grew even more.

PS : Oya...jadi ingat kalo saya juga masih gak nangkap waktu Dumbledore bilang gini : "the time may come when you will be very glad you saved Pettigrew’s life". When? Kapan ya Harry pernah mensyukuri fakta itu? Dan kapan Voldemort pernah terganggu dengan fakta bahwa seorang pembantunya berhutang kepada Harry?
Hmm....sepertinya saya harus memperhatikan buku-buku berikutnya lebih seksama.