Thursday, July 17, 2014

Incognito Giveaway

*nyalain toa*
Selamat pagi/siang/malam di mana pun kamu berada. Semoga sehat sentosa dan berbahagia. Amin. Di kesempatan yang berbahagia ini, setelah lama hibernasi, maka izinkanlah saya mengadakan *drumroll* *nyalain spotlight*
......GIVEAWAY!!! Heyaaaaaa.......
*matiin toa*
*karena kita harus hemat energi*

Adapun giveaway kali ini mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1. Peserta berdomisili di Indonesia atau mempunyai alamat kirim di Indonesia
2. Penentuan pemenang dilakukan oleh saya dengan sejujur dan seadil-adilnya, dengan tetap berpegang pada Pancasila dan UUD 45
3. Tidak diperkenankan ada surat menyurat sehubungan dengan pemilihan pemenang (abis lagi jaman surat terbuka sih) #hakdess
4.  Giveaway berlangsung selama 2 minggu. Pengiriman hadiah akan dilakukan secepatnya saat kondisi JNE kondusif (soalnya kemarin waktu mo ngirim paket diwanti-wanti kalo paket lagi overload di gudang JNE dan mungkin sampenya akan lama). Bila saya menilai kondisi JNE kurang kondusif, maka saya akan menunda pengiriman hingga selesai lebaran. Insya Allah ada kompensasi untuk yang mau menunggu :)

Apa sih hadiahnya?
1. Novel Incognito karya Windhy Puspitadewi  bertandatangan + 1 tote bag BBI
2. Novel Touche : Alchemist karya Windhy Puspitadewi bertandatangan + 1 sampul buku kain kerja sama BBI & Emerald Green Label
3. Novel Touche karya Windhy Puspitadewi bertandatangan + 1 sampul buku kain

Cara Mainnya :
1. Akan ada 3 pertanyaan di mana tiap pertanyaan mewakili hadiahnya. Tiap pertanyaan dinilai terpisah. Jadi misalnya jawabanmu salah untuk nomor 1, tapi benar di nomor 2 dan 3 maka kamu punya kemungkinan mendapat hadiah nomor 2 atau 3.
Jangan lupa : Setiap pertanyaan berhubungan dengan novel yang dihadiahkan
2. Untuk setiap pertanyaan hanya boleh menjawab 1x ya. Tapi boleh dijawab terpisah. Misalnya hari ini kamu mo jawab nomor 1 aja, besok baru jawab nomor 2 ya gak papa.
3. Penentuan pemenang berdasarkan yang jawabannya benar. Bila yang menjawab benar lebih dari 1, maka saya akan memilih yang paling duluan.
4. Tweet tentang giveaway ini. Cukup 1x tweet saja. Sertakan link tweetnya di kolom komentar.
5. Jawaban ditulis di kotak komentar (komentar yang masuk akan saya di-hide sampai GA selesai). Sertakan juga nama akun twitter atau emailmu ya biar bisa saya kirim info kalo kamu pemenangnya

Dan inilah pertanyaannya :

1. Sejarawan tak tahu pasti tahun kelahiranku, tapi sebagian besar memprediksi tahun 1854. Namun namaku baru mulai dikenal tahun 1930, ketika seorang novelis memfiksikan kisah hidupku. Namaku adalah : |\\/|!`/4|\\/|0+0 |\\/||_|545|-|!
Siapakah aku?

2. Kami ini sebuah keluarga walau pun berbeda fisik dan sifat.  Kami juga biasa digambarkan dengan warna yang berbeda.
Di suatu masa sekolahmu, pasti kamu pernah bertemu keluarga kami.

- Aku si sulung, anak metal yang siap bertransisi ke arah positif. Idolaku? Tentu saja Richard Dent, pemain Chicago Bears bernomor punggung 95. Karena itu selalu kukenakan jerseynya.
Bila kau sudah menemukanku, ingatlah bahwa urutanku tertukar.
- Aku anak kedua, sekarang sudah kelas 5. Saat ini aku sedang gembira karena tes kimiaku mendapat nilai 73. Padahal gak belajar lho. Yeay!
- Walau pun anak ketiga, tapi aku selalu berada di urutan pertama. Bahkan di antara rekan sekelasku, aku tetap di nomor 1.
- Nah aku si anak keempat. Umurku 8 tahun, ngefans berat sama Peyton Manning dari Indianapolis Colts. Tahukah kamu berapa nomor jersey Peyton Manning? Carilah dan kamu akan menemukanku. Oya, aku sering dimarahi bunda karena sifatku yang bebas laksana gas.
- Aku si bungsu berumur 7 tahun. Karakterku keras, seperti kakak kedua. Sudah ya. Aku malas bicara banyak. Habis sebal, nilai tes menggambarku cuma 53. Kata ibu guru, aku gak boleh hanya menggambar tabel :(

Temukan arti tiap kalimat lalu susun huruf yang terbentuk. Itulah jawabannya.

3. "Majulah ke depan! 
 Janganlah berhenti!  
Tujuan tempat matahari terbit
 Ayo langkah di jalan harapan"
Mimpi itu selalu terlihatnya jauh 
Dan jaraknya terasa tidak tercapai
 Batu di bawah kaki
 Ayo, ambilah satu 
Jadilah nekad dan coba lemparkan!
Siapakah aku?

Wednesday, April 9, 2014

Antara Fiksi dan Realita

Pernah ngiler sama suatu makanan yang disebut di buku? Baik makanan itu disebutkan sepintas lalu maupun dibahas mendetil (misalnya pada buku-buku yang bertema kuliner).
Saya sih sering buanget.

Dan yang bikin saya ngiler justru bukan buku bertema kuliner, tapi malah novel anak semacam Enid Blyton ato Jennings. Buat yang pernah baca novelnya Blyton pasti familiar dengan jenis-jenis makanan yang disebut di sana. Pernah ada yang membuat list makanan-makanan yang muncul di novel Lima Sekawan dan wow...bacanya aja bikin saya ngiler padahal makanannya biasa aja. :))
Iya lho...makanan di novelnya Blyton itu kalo dipikir biasa aja. Sering kita temui di keseharian kok. Tapi beliau pinter mendeskripsikannya ampe bikin pembaca jadi mupeng.

Saking "terpengaruh"nya sama makanan di novel Blyton, saya ampe niat nyobain langsung makanan-makanan itu. Udah cukup deh masa kecil saya dilewati dengan baca novel Lima Sekawan sambil ngiler dan minum sirup Orson sambil bergumam menghibur diri : "Yaaahh....gak bisa minum limun jahe yang ada di  novel Blyton, gak papa deh minum Orson aja. Beda tipislah rasanya." #miris

Makanya begitu kuliner di Jakarta makin beragam dan cemilan-cemilan asing mulai merambah, saya pun memantapkan niat untuk memuaskan ngeces masa kecil saya. Saya ingat, percobaan pertama saya dimulai dari scones yang simpel, tapi bisa dibikin enak kalo udah Blyton yang nulis.
“Hot scones,” said George, lifting the lid off a dish. “I never thought I’d like hot scones on a summer’s day, but these look heavenly. Running with butter! Just how I like them!”
source
Aduh...langsung mupeng dong ya nyari scones hangat bermentega. Ampe saya bela-belain deh nyari cafe yang jual.
Apa saya doyan?  Ehm...gimana yaaa...Ternyata gak seenak yang saya bayangkan.
Bentuk dan rasanya malah ngingetin sama donat strawberi yang dulu dijual di SMP saya. X) Ampe ngebatin : "Kalo scones rasanya kek donat, ngapain sih gw ampe niat nyari?"
Apalagi membayangkan scones panas gitu diminum dengan teh panas dibarengi cuaca Jakarta yang juga panas. Euh >.<

Lalu...apa saya kapok mencoba lagi?
Hohoho....enggak doong. Saya gitu lhoooo! Ditolak masuk Indonesian Idol satu kali sama Anang aja saya gak kapok, apalagi cuma dikecewakan sama scones. (Analoginya gak nyambung sih, tapi biarin aja lah).

Jadi percobaan kedua saya adalah memvisualisasikan (bahasa sok keren tapi gak tepat) adegan ini :
 "The high tea that awaited them was truly magnificent. A huge ham gleaming as pink as Timmy’s tongue; a salad fit for a king...It had in it everything that anyone could possibly want. “Lettuce, tomatoes, onions, radishes, mustard and cress, carrot grated up - that is carrot, isn’t it, Mrs. Penruthlan?” said Dick. “And lashings of hard-boiled eggs.”  
There was an enormous tureen of new potatoes, all gleaming with melted butter, scattered with parsley. There was a big bottle of home-made salad cream. “Look at that cream cheese, too,” marveled Dick, quite overcome. “And that fruit cake. And are those drop-scones, or what? Are we supposed to have something of everything, Mrs Penruthlan?"
Woaaa.....yummy banget yaaa. Ham, selada, tomat, wortel, telur! Masih nambah keju leleh, salad cream dan fruit cake pulaaaa. *elus-elus perut*
Saya kesulitan nyari salad persis seperti di deskripsi itu. Akhirnya saya bikin sendiri aja. Agak susah sih nyari home-made salad cream secara krim salad versi di buku itu pasti beda dengan krim salad yang dibikin di rumah saya. Tapi sudahlah....yang penting kan isi saladnya toh.

Jadi setelah niat ngumpulin bahan, saya coba bikin salad seperti di buku. Sayang waktu itu belum jaman foto makanan terus upload di Instagram (yaaa IG juga belum ada sih yaa), jadi saya gak punya bukti percobaan saya. Tapi seenggaknya gambaran salad yang saya bikin waktu itu yaaa....seperti ini tapi dalam versi lebih ancurlah #eh


Hayooo....pasti ngiler kan liatnya?
Saya juga gitu. Jadi dengan penuh semangat saya geragas deh salad dan fruit cake-nya. Dan ternyata.....yaaa gitu deh. Rasanya gak beda dengan salad pada umumnya. Saya emang gak doyan sayur mentah sih ya, jadi gak peduli selengkap apapun salad itu yaa rasanya tetap aja makan sayur mentah.
Kalo soal fruit cake...lumayan enak kok. Cake-nya lembut dan lumer di mulut, sayang aja buahnya yang dipake buah kering. Jadi ada sensasi kecut - kecut kenyal gitu deh. Aduh saya tukang protes banget yaaaa.

Meski begitu, saya gak kapok dong. Rasanya percobaan untuk mengkreasikan ulang makanan Blyton gak lengkap kalo gak nyoba piknik outdoor.
Jadi Blyton itu sukaaaaa banget masukkin adegan piknik di buku-bukunya. Dan bekal piknik yang dibawa itu yo'i-yo'i. Trus diceritakan kalo para tokohnya tuh selalu makan dengan lahap karena "udara luar mempengaruhi selera makan".

Jadi saya pikir, kali aja kemarin-kemarin saya anggap makanan itu gak enak karena suasananya kurang mendukung #halah. Mestinya saya nyoba makan di udara luar, di daerah padang berumput gitu. Ahiiww...
Jadi dengan sepenuh niat, saya pun mencari lokasi yang tepat untuk piknik saya. Dan setelah berkontemplasi (halah!), saya pun memilih piknik di....Cibodas.
Yaa...emang bukan padang rumput di Inggris sih, tapi beda tipis mah gak papa kan. #sakarepmu

 

Dan makanan piknik yang jadi acuan saya tuh yang ini :
"Mereka membuka sekaleng makanan daging, mengiris-iris roti, lalu memakannya dengan nikmat. Sesudah itu mereka membuka sebuah kaleng berisi buah nanas yang segar lalu memakannya pula. Tetapi mereka masih tetap merasa lapar! Karena itu menyusul dua kaleng sarden, yang diambil isinya dengan biskuit sebagai sendok. Benar-benar santapan yang nikmat. Seperti makanan raja-raja!"
Wogh! Mari kita visualisasikan makanan di atas. Yang didapat hasil seperti ini :


Tampak seret ya makanannya. #lho Sebenernya sih saya suka hampir semua jenis makanan di gambar itu. Tapi kalo digabung...eng....ini pengalaman saya :
1. corned beef digabung roti jelas enak. Tapi makan corned beef dingin bukanlah ide tercerdas abad ini.
2. Saya alergi nanas. Jadi abis makan nanas kalengan, yang ada saya sibuk cari obat anti alergi karena satu mulut rasanya gataaalll semua :| (apes amat sih iniiii #nangisketawa).
3. Sarden mentah itu gak enaak!!!! (*0*) Ampe sekarang saya masih eneg kalo mencium bau sarden mentah.

Sejujurnya pengalaman piknik itu rada bikin kapok. Sekarang saya udah gak segitu penasaran lagi sama makanan enggres ato makanan apapun yang dibahas di buku. Intinya....saya kapok terpengaruh "jualan" media lagi.
Lebih enak makanan makassar yang udah ketahuan rasanya kayak kapurung, palu basah, coto, dan ikan asin sunu deh. Yeah!
Tapi yaahh....saya gak bisa nahan beli gingerbread cookie ini pas nemu. Cute banget sih.
(walo abis itu misuh-misuh sendiri karena gak doyan sama rasa  jahe dan kayu manis di cookie itu. Hehehe...)

 Etapi biar kapok sama makanan yang "dijual" media, sesungguhnya ada dua makanan dari novel masa kecil yang masih bikin saya penasaran sampe sekarang. Dan keduanya bukan dari novelnya Enid Blyton lho. Malah dari seri Narnia-nya C.S. Lewis.

Yang pertama adalah wafer yang diberikan ratu penyihir kepada Edmun di novel "Sang Singa, si Penyihir, dan Lemari Ajaib".
 "...muncullah sebuah tempat berbentuk bulat, diikat pita sutra warma hijau, yang ketika dibuka ternyata di dalamnya berisi beberapa kilogram makanan yang diinginkan oleh Edmun. Setiap potongnya terasa manis dan lembut, serta rasanya belum pernah Edmun menikmati makanan selezat itu. Sekarang tubuhnya terasa sungguh hangat dan nyaman."
Wuogh! Keren banget itu wafer ampe bikin Edmun ngerasa hangat dan nyaman. Pastilah wafer itu lebih manis daripada senyum dewanya Ben Barnes dan lebih lembut daripada suaranya Shane Westlife #SelaluAdaAlasanUntukNyebutWestlife #WestlifersGarisKeras ( ˘ ³˘)♥
(PS : Okay...saya tahu kalo sebenarnya yang dikasi Penyihir ke Edmun itu Turkish delight. Tapi yaaa berhubung novel Narnia pertama yang saya baca itu terbitan Dian Rakyat dan di sindang nyebutnya wafer sih jadi yaaa....wafer deh yang bikin saya mupeng).

Penasaran kedua masih dari kisah Narnia-nya Lewis tapi kali ini dari "Pangeran Kaspian". Adegannya waktu Pevensie bersaudara kesasar di hutan, kecapekan dan mereka makan daging beruang bakar.
"Buah-buahan apel (yang masih banyak mereka miliki) dibungkus dengan daging tersebut seperti bakso besar diisi apel.  Apel berlapis daging itu kemudian ditusuk dengan sebilah kayu runcing dan dipanggang di atas api. Maka, cairan buah apel itu pun membasahi seluruh daging, seperti hidangan daging bakar dengan saus apel."
My...my..my...!!! (º﹃º)
Daging saus apel sih tahu rasanya. Tapi daging beruang saus apel dengan apelnya meleleh basahin daging, wah saya belum pernah nyoba dan penasaraaaaannnn sama rasanya.
Sebenernya scene ini yang paling saya tunggu di film Prince Caspian, sayang malah gak ada. #yeskeleus

Nah kalo kamu gimana? Ada gak makanan yang dibaca dari buku dan bikin kamu mupeng banget ampe nekat nyobain? Boleh dibagi ceritanya kalo ada.

Salam Westlife!

Kalo kamu tahu gambar ini diambil dari video klip apa, berarti SELAMAT! Karena kamu termasuk generasi terkeren abad ini. Tapi itu juga artinya kamu tua ^__^


(PS : Oiya...kalo suatu saat kamu tertarik bikin kue ala bukunya Enid Blyton, bisa coba resepnya di sini)


Thursday, April 4, 2013

Berburu Buku di Delhi

Sebagai penimbun pecinta buku, saya selalu menyempatkan diri untuk singgah ke toko buku dan beli minimal satu buku dari setiap kota/negara yang baru saya kunjungi.
Tapi waktu saya membuat rencana liburan ke India, dengan semangat saya langsung siapin 1 koper kosong khusus buat nampung buku. Oohh...I know for sure that the voracious reader in me that always get itchy would get a big nice scratch in India.

India emang terkenal dengan buku-buku murahnya, terutama textbook kuliah (apalagi textbook kedokteran). Jaman kuliah dulu, sebagai mahasiswa pecinta barang murah kualitas bagus bilang aja mahasiswa ngepas, textbook terbitan India jelas jadi incaran. Kualitasnya sama dengan textbook terbitan Jerman ato US, dengan harga setengahnya. Siapa yang gak ngiler coba? Dan sejak itu, saya penasaran pengen buktiin semurah apa sih harga buku di sana.

Makanya ketika tahu bakal ke Delhi yang adalah salah satu pusat buku di India, dengan semangat saya pun langsung cari info. Ada banyak toko buku dan beberapa book market di Delhi sebenarnya. Tapi karena keterbatasan waktu, saya cuma sempat singgah ke tiga tempat ini :


1. Darya Ganj

source
Darya Ganj adalah sebuah jalan/daerah yang terletak di kawasan Old Delhi. Di sini ada book market yang sudah berjalan selama +/- 300 tahun. Khas dari Darya Ganj adalah pasar buku ini hanya beroperasi tiap hari Minggu. Kalo kamu datamg di hari lain, dipastikan gak akan nemu satu penjual buku pun.

Semua penjual akan menjajakan bukunya di trotoar, dan bisa kita liat sepanjang jalan kenangan yang panjang itu ada puluhan ratusan jutaan buku terhampar di tepi jalan. Saya sempat euphoria dan lupa diri waktu pertama datang ke sini. "Buku! Buku!! BUKU!!!" jeritan batin saya lengkap dengan liur yang menetes (okay...ini jorok) X).

Lalu dengan semangat, saya pun mulai jabanin satu demi satu penjual bukunya. Sayang, antusiasme saya short-lived. Kenapa?
Jadi gini, sebelumnya saya sudah tahu kalo di Darya Ganj itu kebanyakan jual buku bekas. Dan saya gak masalah dengan itu. Malah saya excited banget karena dari info, harga buku second-nya rata-rata seperempat harga buku baru. Huaaa....asik banget!

Tapi ternyata, bukan cuma buku second yang ada di sini. Banyak buku bajakan, bahkan ada yang jual secondnya bajakan. Untunglah kemampuan pembajak di India belum secanggih di Indo, jadi lumayan gampang bedain mana bajakan, mana asli.

Dan kamu mesti pinter liat buku second juga. Banyak yang kondisinya gak bagus seperti halaman yang hilang, sobek ato cover yang terkoyak. Dan terutama, janganlah puas di penjual pertama yang kamu temui. Coba liat penjual lain. Karena bisa aja kamu nemu si A jual buku second dengan harga yang sama dengan si B yang jual buku baru.

Lalu, sebagian besar penjual buku di sana seenaknya campurin buku kuliah dengan novel fiksi. Yah rata-rata penjual mau bantuin kamu cari buku inceran sih, masalahnya customer kan bukan cuma kamu. Jadi bersiaplah untuk ubek-ubek sendirian.
Berhubung itu daerah terbuka, jadi hawanya sungguh PANAS. Dan percayalah, diterjang matahari nan garang di India sambil ubek-ubek nyari buku, belum lagi kadang musti rebutan dengan customer lain ditambah perang tawar harga sama penjualnya, bukanlah kombinasi yang nyaman untuk belanja.

source
Emang saya yang salah sih. Mestinya saya datang sekitar jam 8 pagi waktu pasar-nya baru mulai beroperasi, pembeli belum banyak dan penjual masih asik untuk diajak adu tawar harga. Instead, saya malah datang jam 1 siang, saat matahari lagi kambuh jiwa eksibisionisnya dan mood penjual udah drop.
Jadi yah, kalo kamu mau ke Darya Ganj,  please datanglah sepagi mungkin. Dan siapkan air mineral sebotol serta mental baja untuk nawar. Hati-hati, berhubung kamu turis harganya bisa naik menggila. Memang sih, harga yang mereka kasi masih lebih murah daripada harga pasaran dan sebagai orang Indo, saya udah girang aja dapat harga murah gitu. Tapi teteeepp, kudu nawar lagi.

Contohnya nih, waktu saya mau beli seri A Song of Ice & Fire. Harga resmi per bukunya 400 Rs (1 Rs = 200 IDR), saya dikasi harga 250 Rs (50rb). Saya girang dong. Di Jakarta mana dapat harga segitu untuk buku import ASOIF? Tapi temen saya yang orang India itu langsung bantu nawar dan akhirnya saya dikasi harga 100 Rs (20 IDR) per buku. However, saya gak beli banyak buku di sini. Cuma beli ASOIF dan dua buku terbitan BBC tentang sejarah kaum Sikh.

Oya, satu tips tambahan, kalo mau ke Darya Ganj jangan bawa apa-apa selain hp, dompet dan botol aqua. Kalo bisa malah cukup bawa duit aja, dompetnya ditinggal. Buat cewe : jangan bawa handbag deh, selain ribet juga rawan copet. Kecuali punya teman ato pendamping yang bisa disuruh jagain tas sementara kamu asik bongkar buku. Karena itu pula saya gak bisa foto sendiri situasi di sana dan akhirnya dibantu Om Google :'( .  Kalo mau baca-baca lagi tentang Darya Ganj, bisa coba ke link ini dan link ini atau link ini.

2. Nai Sarak Road

source

Hampir mirip dengan Darya Ganj, di sini juga sebuah jalan yang kiri kanannya penuh toko buku. Bedanya Nai Sarak buka di hari kerja (tutup di hari minggu karena para penjualnya ngampar di Darya Ganj) dan buku tidak dijajakan di trotoar, tapi dalam toko atau kios.
So yah...relatif lebih nyaman lah.

Dari info sih, Nai Sarak ini lebih dikenal sebagai pusatnya buku kuliah. Kalo kamu desperate nyari textbook, cobalah tengok Nai Sarak. Besar kemungkinan kamu bakal nemu textbook yang dimaksud di sana.
Dan waktu ke sana juga saya perhatiin sepanjang jalan kebanyakan sih toko yang jual buku kuliah. Malah ada toko yang spesifik menegaskan jual buku kuliah akunting atau hukum atau kedokteran. Tapi masih ada kok toko yang spesialis jual children book, second book bahkan ada juga toko yang jual semua jenis buku.
Lumayan gampang menentukan toko mana yang sesuai dengan kebutuhanmu di Nai Sarak, karena setiap toko punya papan nama yang merinci jenis buku yang dijual, dari etalasenya juga udah kelihatan.

source
Oya, Nai Sarak itu gang kecil yang menghubungkan 2 jalan besar di Delhi. Untuk ke sana, gak bisa naik mobil. Jadi siap aja naik becak ya. Jangan kepikir jalan kaki deh untuk menyusuri sepanjang Nai Sarak. Kenapa? Soalnya saya yakin kamu bakal kalap belanja dan nantinya repot bawa belanjaanmu. Kalo ada becak kan enak. Dan kalo kamu mau jalan kaki menyusuri Nai Sarak, si becaknya bisa ngikutin. Kalo mau murah sih, sewa aja becaknya untuk 3-4 jam gitu, lebih murah dan praktis (kayaknya ini saran yang gak penting ya? XD)

Anyhoo...berhubung auranya di sini mirip kayak Darya Ganj, jadi same rules applied.
You know : datang pagi sebelum ramai supaya enak nawar buku-nya, waspada copet jadi bawa barang seringkas mungkin, hati-hati sama buku palsu. Dan perhatiin juga, jangan sampe kamu beli buku palsu dengan harga baru.

Oya soal buku palsu ini, saya heran. Jadi saya perhatiin, kalo customernya orang India, si penjual jujur kasi harga buku palsu (paling mahal 100 Rs, setebal apapun itu), tapi kalo ke saya (turis) kok dikasi harga buku baru resmi ya? Jadi dia ngarepin saya tertipu beli buku bajakan dengan harga resmi. Emang dia kira saya gak bisa bedain mana buku palsu dan asli apa?
Hih! Sorry! Sebagai orang Indo, saya lebih terlatih bedain barang piracy dan genuine daripada situ. Huh! (eh mestinya gak usah bangga ya? XD).

So balik ke toko bukunya. Setelah singgah di beberapa toko (dan ilfil karena ditawarin buku palsu) juga liat-liat buku second, saya pun memilih belanja di Sagar Book Depot. Soalnya saya liat di situ lengkap : dari buku second sampe baru ada, semua bukunya asli dan shopkeepernya sangat membantu (penting banget ini!).
Dan di sinilah, saya menggila belanjanya (_ _"). Apa aja yang saya beli? Sila cek foto ini :


Untuk semua buku itu, saya habis sekitar 3000an Rs. Tentu itu setelah nawar lagi, kalo gak nawar entah deh habis berapa. Sebagai ilustrasi, ini saya tunjukkin ya :

1. Harry Potter boxset itu harga resminya 3300 Rs (sekitar 660 IDR). Saya dikasi diskon 30% jadi 2300 Rs (460 IDR) dan masih ditawar lagi jadi 1500 Rs.
2. Midnights Children itu mestinya 400 Rs, dikasi harga 300 Rs, harga akhir jadi 200 Rs
3. Fifty shades of grey boxset juga dari 1200 Rs jadi 700 Rs
4. Anna Karenina & Godfather yang tadinya 350 Rs jadi sekitar 175 Rs.
Yah saya masih bisa terus kasi list harga buku, tapi kamu sudah dapat gambarannya kan? Cobalah mulai tawar diskon 50%. Dan makin banyak beli, tentu diskonnya makin besar.

3. Jain Book Depot

source
Toko buku yang terletak di Connaught Place ini salah satu toko buku milik pemerintah. Artinya semua buku yang ada di sini dijamin asli tapi juga harga pas tanpa diskon :D. Suasananya nyaman (mirip suasana di Toga Mas ato Gramedia), shopkeepernya sangat membantu dan pilihan bukunya luas. Kalo kamu cuma mau beli 3-4 buku sih (apalagi kalo yang diincer buku baru), mendingan ke Jain saja soalnya mudah dijangkau aksesnya. Agak repot ya jauh-jauh ke Nai Sarak cuma buat beli sedikit buku, soalnya besaran diskon di Nai Sarak kan tergantung belanjaanmu.

Jain Book ini sebenarnya nama salah satu penerbit lokal di India dan toko di Connaught Place ini salah satu outlet mereka. Biar gitu, yang dijual gak hanya buku-buku terbitan Jain kok. Dan toko ini punya gudang besar entah di mana. So kalo gak nemu buku yang kamu cari, tanya aja ke shopkeepernya. Mereka mau kok cariin ke gudangnya, biarpun kamu cuma nyari 1 buku aja.

Di Jain ini juga saya jadi ngeh kalo ternyata ada beberapa buku yang diterbitkan khusus untuk dijual di India dan harganya bisa lebih murah. Jadi gini, beberapa publisher internasional seperti Penguin, Random House dan Harper Books punya pabrik sendiri di India. Lalu tiga publisher itu mencetak buku yang khusus dijual di India dan buku yang untuk kualitas export (kertas putih). Nah buku yang khusus dijual di India ini lebih murah daripada yang export.

Sebagai contoh, The Book Thief-nya Markus Zusak dijual 2 versi di Jain Books ini. Ada versi terbitan Random House untuk export dengan harga 350 Rs (70 IDR) dan khusus untuk India yang harganya 200 Rs (40 IDR) saja.
Gimana taunya mana yang dipasarkan khusus India dan mana yang buat eksport? Gampang sih. Liat aja di backcover bukunya. Kalo khusus India, biasanya ditulis : "For sale in Indian subcontinent only". Ato kadang ditulis : "For sale in Indian, Pakistan, Nepal only". Untuk info lebih jauh tentang Jain, bisa dicek di web mereka.

Saya gak beli banyak buku di Jain, soalnya tujuan awal ke sini cuma cari textbook kuliah titipan adik saya. Itu pun cuma sekadar mampir sebelum ke bandara. Tapi tetap ya, kalo gak bawa pulang 1-2 buku rasanya ada yang kurang. Jadi saya beli 3 buku ini di Jain :


4. Sebenarnya selain tiga tempat di atas, masih banyaaakkk toko buku di Delhi. Dan banyak juga yang menjajakan bukunya di trotoar.
Nah sehubungan dengan itu, saya mo bilang aja kalo di seberangnya Jain Book Depot itu kan ada perempatan. Belok kanan dari perempatan itu, kamu bisa nemu penjual buku di trotoar ini (sayang saya gak sempat foto karena buru-buru). Saya liat sih koleksinya lumayan lengkap, bukunya asli (seenggaknya yang saya lihat) dan harganya diskon 10% dari harga di Jain. Malah kalo mau tawar, penjualnya bisa kasi diskon 25%-30%. So kalo kamu lagi ada di sekitar Connaught Place dan mau singgah beli buku, saran saya sih tengok ke penjual ini deh sebelum ke Jain Book Depot.

Yah hanya segitu sajalah book trip saya di Delhi. Sayang sih, saya cuma 2 hari di sana, jadi gak sempat datangin berbagai book store di Delhi. Kalo diliat dari list yang di link ini sih, sepertinya saya butuh waktu 1 minggu di Delhi, khusus buat trip ke book store-nya aja ^__^
(Dan saya juga butuh bagasi 50 kg dan cash yang buanyaakkk. Bikin ngiler semua sih) X).
Dan memang ya, India itu surganya book lover. Lucky them for that part. :)

Monday, April 1, 2013

Harry Potter & The Prisoner of Azkaban


 Data Buku :
Judul : Harry Potter and The Prisoner of Azkaban
Penulis : J.K. Rowling
Penerbit : Bloomsburry Publishing
Bahasa : Inggris
Tahun Terbit : 2000
Format : Hardcover
Rating : 5 out of 5 stars

Yay...Hotter Potter udah masuk bulan ke-3 dan artinya udah 3 buku Harry Potter yang saya re-read. Gak nyangka, dari sekian challenge yang saya ikuti, saya malah paling committed sama Hotter Potter ini :)).
But I can't help it. Soalnya cerita Harry Potter makin ke belakang makin seru dan bikin nagih X).
Oiya, sebelum lanjut, saya kasi warning dulu ya kalo review ini bakal penuh SPOILER. 

Harry Potter menjalani tahun ke-3 yang sibuk di Hogwarts. You know, mata pelajaran yang makin banyak dan berat, jadwal latihan Quidditch yang makin ketat (apalagi ditambah ambisi kapten tim untuk memenangkan Quidditch Cup berhubung ini tahun terakhir sang kapten), belum lagi ulah kedua sahabatnya Ron dan Hermione yang sepertinya susah banget berdamai. Dan perselisihan mereka makin sengit sejak kucing peliharaan Hermione selalu mengincar tikus peliharaan Ron.
Jadi ketika Harry tahu tentang narapidana yang kabur dari Azkaban, awalnya dia gak peduli. Ya, Sirius Black (si napi) memang membunuh banyak muggle dan ya, karenanya keamanan di Hogwarts musti diperketat. Tapi itu bukanlah fokus utama Harry.

Sampai kemudian dia menemukan hubungan masa lalu antara Sirius Black dan kedua orang tua Harry serta peran Sirius pada malam yang mengubah hidupnya 13 tahun lalu.
Wajar kalo Harry merasa marah dan dikhianati sehubungan dengan Sirius Black ini.
Tapi ternyata, bukan hanya itu rahasia yang tidak diketahui Harry. Kenyataan tentang malam bersejarah itu sungguh jauh di luar perkiraan Harry.
It's not Rowling if she doesn't have some twists up her sleeve. And what a twist it was.
Bravo Rowling!
“But you know, happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the light." -Albus Dumbledore-
Setelah kelar baca ulang buku ini, maka bisa saya katakan tanpa ragu bahwa Harry Potter & Prisoner of Azkaban (POA) akan selalu menjadi buku terfavorit saya dari seri Harry Potter ini.

Di buku ini, Harry & the gank sudah cukup dewasa, konfliknya juga makin berat, persahabatan mereka (untuk pertama kalinya) teruji dengan perselisihan. Tapi toh mereka belum sedewasa itu hingga konfliknya bisa jadi terlalu berat, masih terasa hawa innocence khas kanak-kanak di buku ini. Oh I love this "i'm-not-a-kid-not-yet-an-adult" phase.

Dan ada Quidditch Cup!
Oh...I'm so excited. Quidditch di tahun ketiga ini paling seru dan menegangkan karena yah...kita bisa lihat Harry dan team Gryffindor masuk ke babakl final (akhirnya!). Dan pertandingan finalnya itu seru banget. Saya ingat, pertama kali baca adegan itu, saya gak bisa berhenti. Saya bahkan ikut menandak-nandak saking excited-nya. Dan kemarin, excitement yang sama kembali saya rasakan. Yep, adegannya masih seseru itu ternyata.

Lalu ini satu-satunya buku dimana pelajaran Defense of Dark Art mendapat guru yang "beres" (yaaa kalo werewolf bisa dianggap beres sih). Dan guru yang "beres" ini membuat saya lebih paham dunia Harry Potter. Saya jadi tahu dengan makhluk semacam Grindylow, Red Caps, Kappa, dll.

Dan 2 makhluk favorit saya :
1. Dementor, yang bisa menghisap seluruh kebahagiaan manusia di sekitarnya dan bahkan memberi dampak buruk kepada beberapa orang tertentu.
But what's interesting about dementor is the patronus charm (a charm to banish dementor). I like JKR's idea about this whole dementor thing.
See...actually we're all have our own dementor, something or someone that could depress us and suck our happiness away. BUT...dementor can be fought. As long as you keep that happy memory and positive attitude inside you, then for sure you could beat that dementor.

2. Boggart. Ini satu lagi makhluk paling menarik dari dunia Harry Potter. Saya selalu penasaran, kira-kira apa bentuk boggart saya ya? Dulu saya pikir badut ato cicak. Tapi sekarang?
Hmm...saya sangat yakin, boggart saya bukan itu.
But what's more intriguing about boggart is how to finish it. Lupin said the thing that really finishes a boggart is laughter. So...according to Rowling, the way to conquer your fear is by laughing about that,  no matter how scare you actually are, just stay calm and don't forget to find the funny side of that.
That's a cool philosophy, Ms. Rowling. Gotta keep that in mind. 
(PS : Bye the way, since my (maybe) greatest fear now is death, could I say that I laugh in the face of death?)

Tapi yang paling saya suka dari buku ini adalah mixed emotions yang saya rasakan sewaktu membacanya. Bermula dari suasana lazy-summer sewaktu Harry bersantai di Diagon Alley, lalu penasaran tentang apa itu dementor dan kenapa Harry punya reaksi yang ekstrim, ikut merasakan serunya kelas Defense of Dark Art di bawah asuhan Lupin, ikut ngerasa "gak-nyangka" waktu tahu tentang kasus Sirius 13 tahun yang lalu, ketegangan di final Quidditch, kembali bengong waktu tahu fakta sebenarnya dan hubungan Sirius dan James-Lily Potter, ikut merasakan antusiasme Harry waktu dia berpikir akhirnya bisa keluar dari rumah Dursley dan...kecewa ketika ternyata takdir berkata lain.
What a rollercoaster reading experience it was :).

Biar gitu, saya punya kebingungan tersendiri pada buku ini, terutama sih dengan keberadaan time turner dan marauder's map itu.
Jadi pertanyaan ini bermula dari kalimat berikut :

"The important thing is, I was watching it carefully this evening, because I had an idea that you, Ron, and Hermione might try and sneak out of the castle to visit Hagrid before his hippogriff was executed."  - Remus Lupin-

 Hmm...jadi kalo Lupin memang memperhatikan Marauder's Map dengan seksama, kenapa dia gak nyadar kalo ada 2 Harry dan Hermione waktu adegan "pembantaian" Hippogriff itu?
Pertanyaan yang sama juga bisa diajukan ke Snape waktu dia melihat ke Marauder's Map. Okelah...mungkin Snape memang gak mengamati peta dengan seksama, jadi dia gak ngeh dengn dobel Harry & Hermione, tapi kenapa dia gak ngeh dengan keberadaan Peter Pettigrew? Mereka semua di ruangan yang sama kan?
Ah..again, one of my unanswered questions.

Tapi tetap saja, saya beranggapan JKR memang jenius dengan seri Harry Potter ini. This is just one of those series you can't put down until you've read the last line and then you're anxious to pick up the next in the series. And this third book made that anxious feeling grew even more.

PS : Oya...jadi ingat kalo saya juga masih gak nangkap waktu Dumbledore bilang gini : "the time may come when you will be very glad you saved Pettigrew’s life". When? Kapan ya Harry pernah mensyukuri fakta itu? Dan kapan Voldemort pernah terganggu dengan fakta bahwa seorang pembantunya berhutang kepada Harry?
Hmm....sepertinya saya harus memperhatikan buku-buku berikutnya lebih seksama.

Saturday, March 2, 2013

Harry Potter & The Chamber Of Secrets

Data Buku :
Judul : Harry Potter and the Chamber of Secrets

Penulis : JK Rowling
Tahun Terbit : 1998
Penerbit : Bloomsburry
Jumlah Halaman : 251
ISBN : 0747538492
Rating : 3 out of 5 stars

Sinopsis :

Ever since Harry Potter had come home for the summer, the Dursleys had been so mean and hideous that all Harry wanted was to get back to the Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. But just as he's packing his bags, Harry receives a warning from a strange, impish creature who says that if Harry returns to Hogwarts, disaster will strike.

And strike it does. For in Harry's second year at Hogwarts, fresh torments and horrors arise, including an outrageously stuck-up new professor and a spirit who haunts the girl's bathroom. But then the real trouble begins - something is attacking Hogwarts students, turning them into stone. Could it be Draco Malfoy, a more poisonous rival than ever? Could it possibly be Hagrid, whose mysterious past reveals dark secrets? Or could it be the one everyone at Hogwarts most suspects ... Harry Potter himself!


Spoiler Alert!

Dari ke-7 buku Harry Potter, buku ke-2 ini my least favorite, malah satu-satunya buku yang gak pernah saya baca ulang sebelum event Hotter Potter ini.

Please note, bukan berarti saya menganggap buku ini jelek. Jauuuhh dari itu.
Buku ini punya twist yang keren, salah satu twist terkeren di serial ini malah.
Maksud saya, siapa sih yang bisa nebak kalo pelaku utamanya adalah sebuah diary?  Mana ada sih yang nyangka kalo sebuah memori yang disimpan dalam diary bisa bertindak sejauh itu? (Well...saya sih gak nyangka :p)
Lalu anagram Tom Marvolo Riddle itu? Cool! Di sini lah JKR pertama kali memperkenalkan konsep horcrux dan saya sih gak nyangka horcrux itu berperan penting nantinya. Keren, bu Rowling!

Saya juga suka dengan kemunculan Lockhart di sini. Iya, emang sih dia tuh narsis ngeselin. Tapi se-ngeselin apapun dia, buat saya mah kelakuan Lockhart itu jadi penyegar di suasana muram buku ke-2.
Dan saya juga suka pada fakta betapa buku ini jadi fondasi untuk aspek yang berperan dalam serial ini nanti, contohnya : horcrux, awal romansa/debat Ron-Hermione (it's cute anyway), mantra Expelliarmus yang jadi salah satu mantra andalan Harry, juga perkenalan lebih jauh dengan Ginny Weasley (saya termasuk yang gak nyangka kalo Ginny berperan dalam hidup Harry nantinya.).

Satu lagi yang saya sukai, buku ini adalah satu-satunya buku dalam serial ini yang hanya berpusat pada 1 misteri aja. Konfliknya tidak berhubungan dengan masa lalu Harry, malah membuka masa lalu Voldemort dan Hagrid. Sapa sangka ya ternyata Voldemort dan Hagrid itu sejaman sekolahnya. Dan di sini juga Harry pertama kali menggunakan kemampuannya sendiri untuk bertarung. Kalo di buku 1 kan bisa dianggap menang karena beruntung tuh. 

Jadi dengan semua itu sebagai pertimbangan, saya mengakui buku ini bagus, 5 bintang malah.
Tapi saya ngasi rating bukan berdasarkan bagus enggaknya suatu buku, tapi berdasarkan seberapa besar kesukaan saya (memang subjektif kok rating saya) terhadap buku tersebut.
Dan kalo tolak ukurnya adalah suka, maka rating saya 3 bintang juga.

Here's my reasons :

1.Semua buku di serial Harry Potter ini tipikal ya dalam segi timing konfliknya.
Di bulan-bulan awal masa sekolah itu gak ada yang berarti. Yah ada lah sedikit konflik sini dan sana, tapi gitu aja. Sampe akhirnya muncul beberapa masalah seiring berjalannya waktu. Lalu mencapai klimaks di akhir masa tahun ajaran.
Kenapa sih harus selalu (selalu!)  menjelang tahun ajaran berakhir baru klimaks? Kenapa Voldemort ato pun kroninya baru muncul setelah musim ujian selesai?
Saya bisa nangkap pemilihan waktu di buku 1 karena Quirrell menunggu Dumbledore pergi, begitu juga di buku ke-3 dan seterusnya, tapi untuk buku ke-2 ini, saya gak menemukan alasan kuat.
I mean, Dumbledore udah pergi dari Hogwarts di 1/3 akhir buku. Jadi apa yang membuat pewaris Slytherin menunggu hingga ujian selesai baru melakukan tindakan drastis? Kenapa gak langsung setelah Dumbledore pergi?

2. Saya mendeteksi adanya kecenderungan Rowling menjadikan tokoh Dumbledore ato Hermione sebagai pengisi plot hole.
Ada sesuatu yang kurang jelas di sepanjang cerita? Hermione yang bakal menjelaskan.
Sampe akhir buku masih ada bagian yang kurang jelas maupun pertanyaan yang belum terjawab? Tenaaangg, the Mighty Dumbledore punya semua jawaban. Dari jawaban penyebab Harry mampu menangkal kutukanVoldemort saat bayi sampai ke jawaban apakah Harry layak masuk Gryffiondor, semua ada di Dumbledore.
Nothing's wrong with this way. Cuma aja saya ngerasa jenuh dengan pengisian plot hole ala Rowling.

3. Dan karakter-karakter Harry Potter ini hitam putih banget.
Sepertinya di kamus Rowling gak ada isitilah karakter abu-abu. Either you're a good people or a bad one.
Hal itu kerasa banget di buku ini.
Semua karakter antagonis masuknya ke Slytherin. Kok saya gak nyaman dengan konsep pembagian kayak gini. Rasanya kok ya Hogwarts itu pasrah-pasrah saja ya dengan murid yang berpotensi antagonis? Gak ada kah usaha untuk mengubah mereka?

Lalu masih menyangkut karakter antagonis, saya pengen membahas Draco Malfoy.
Mungkin cuma saya aja yang kayak gini, tapi saya selalu pengen percaya tiap orang tuh punya area abu-abu. Dan karenanya saya selalu berpikir ada sisi baik dalam diri Draco, ato minimal sisi rapuhnya lah yang membuat dia lebih manusiawi. Di buku ini, Rowling punya kesempatan untuk nunjukkin sisi lain Draco waktu Ron dan Harry menyamar jadi Crabbe dan Goyle. But noooo....Rowling tetap milih menunjukkan Malfoy dengan "pesona"nya yang biasa.

Well...saya sangat sadar kalo 3 point yang saya sebutkan di atas ada di buku-buku berikutnya juga.
Lalu kenapa cuma saya anggap menganggu di buku ke-2 ini?
Karena di buku ini saya pertama kali "ngeh" dengan hal tersebut. Di buku ke-1 saya masih (terlalu) terpesona dengan dunia Harry Potter sedangkan pada buku ke-3 sampe ke-7, saya udah bisa nerima hal ini dan sudah berdamai dengannya haish....segala damai X))

Sunday, February 17, 2013

An Unexpected Letter for Hermione

Hi Hermione,

I know you must be surprise for receiving this letter. Well...I surprise myself also for writing it.

The thing is...errmmm...there's something I wanna talk to you (and ask for that matter), but I'm so nervous about it. So Harry suggested me to write it in letter. He said I could try and if you're okay and not offended by what I said, then I could proceed and ask the real question. I think that's a good idea, so here I am, trying...

What I wanna say is...errr...ehhmm...oh shoot! Why is it so hard, Hermione? I mean, it's you, it's us. It's usually easy for me to say anything I want to you, so this nervousness is killing me. Well not literary kills me since I could still write for now, but you already know that and I'm rambling. Great! ( ps : Harry & Ginny are rolling their eyes now at me).

Okay, so back to topic. This is us, so it should be easy.  There are many aspects that I like from us.
I like that we are so equal. Remember those days when we fought Voldemort alongside Harry? I like how we took turns being more or less prominent in Harry’s fighting, how we took turns being his solution or another source of his headache, but whatever we did, we never overpowered the other. We kicked butts together.

And talk about the equal, ever heard how people comments that we are the opposite attraction kind of thing?  Yeah, that's true.
I mean, we have a very different background with me coming from a pure blood and you're a muggle born, yet here we are on the same page in this world because in the deepest cores we are far more alike than unalike.

And it's not only our background which make us different. There's also the fact that we have different approaches to life and problems. For us, it's like you're the head and I'm the heart. And...OUCH! (Ginny just kicked me, she said what I just wrote means that you don't have a heart).

Of course, Ginny's wrong. I don't mean to say that.
What I'm trying to say is, you're the type that, when faced with problems, gonna use your head first, because you're a highly logical person who will look past extraneous detail and perceive things clearly.
While I...well....you know me. More often than not, I let my emotion and heart controlled things for me when I should use my brain first. Thank the Good Lord, I have you who teach me how to use my head more often.
See? You equalize me, Hermione.

I also like our bickering. Wait...scratch that. I love our bickering. I love how you could catch up with my wit and sarcastic comments then answer it with smart and more sarcastic comments. Kinda have to admit that I can't get enough of our banters. No one can push my smart-mouth button the way you do.

So with all that above, it's suffice to say that not only I like us, but I also love us.

And it's not only us that I love. Needless to say, I also love you.
You're intelligent, observant, patient, brave, have a kind heart and...Well, I'm sure you're aware of your capabilities. But what you maybe don't know is your influence on me.
You challenge me in your own way.

Remember our days back in Hogwarts? How I used to ask you to just copy your homework? And you said no. You demanded me (well actually it was me and Harry, but somehow it's not right to bring his name into this. Oh no...I'm rambling again. Sorry).
So...you demanded me to try solving it by myself first. I know that the reason you didn't just let me copy them wasn't because you're so tight to the rules (if you were, then why you let us copy your homework once?). But because somehow, you knew that I could do it on my own if only I tried harder. You trusted me back then, and you still continue to trust me untill now.
And your trust has challenged me. Because of that, I'm willing to try harder and be better.

And you also inspire me. How's that, you may ask?
Uhm...here's the back story :
See...it's widely known that you have a vast knowledge in wizarding world. But what's with knowledge about another things? Things outside wizarding, I mean.
So I've got this inspiration to find out any interesting facts about random subjects. I even used encyclopedia to find them.

Okay...I'm sure you know it's a bullshit. Me and encyclopedia?Yeah...pffttt.
I used the internet though (Dean taught me how to use it). And wow...it's a very smart and helpfull tools. I know I used to laugh at some of Muggle's invention coz it's so silly, but not this internet thingy. It's so much easier to just type in some words rather than open a thick encyclopedia and flipping through its pages one by one, don't you think?
(PS : Harry just said I'm rambling again. Sorry)

So...here's what I found :
  • Did you know that cats spend 70% of their lives asleep? You might wanna go check the sleep pattern of your cat. If it doesn't sleep enough, you better do something about that. You're welcome by the way.
  • Did you know that taking a short nap after learning something new can actually help your memory? See... now you know why I always try to get a nap after school-time. To help my memory, what else?
  • Did you know that there's this study titled "The Effect of Peanut Butter on The Rotation of The Earth"? It's a study co-authored by hundreds of physicists and the result is only one sentence long : "So far as we can determine, peanut butter has no effect on the rotation of the earth". Duh...what kind of research is that? See...not all research is great. So uhm...you might wanna tone down your interest on research a bit now. Just a suggestion.
  • Did you know that Apple app store once sold an "I Am Rich" application which cost $999.99 to purchase and the app did nothing? Well I don't know what Apple app store is, but this information's funny though.
  • Did you know that in Germany it's not illegal to try to escape from prison because it's basic human instinct to be free? Wow...I've never been this happy knowing Azkaban isn't on Germany.
  • Did you know that calling 1(781) 452-4077 will actually put you through to the Hogwarts Hotline, where you can learn more information about the school? Wait...what??? So muggles actually know about us? Yeah...so much for secrecy thingy eh?
  • Did you know that fireflies emit light mostly to attract mates? The male firefly will fly, while females will chill out and wait in trees, shrubs or grasses to spot an attractive male. If she finds the one she likes, she’ll signal him with a flash of her own.
So...ehem...with that last piece of fact, comes the most important question and the main reason for this letter :
 "Will you light up your butt for me, Hermione?"
 I mean it for the long haul. Becaue I still have many of these interesting-mind-boggling-but-unimportant facts to tell you and errr...ehmm...because I think we're sort of a forever kind of thing.

Let me rephrase the last question then. Here it is :
"Will you light up your butt for me for as long as we both shall live, Hermione?"

==============================================================

PS :
1. This entry is posted for Hotter Potter's February Meme. Ron & Hermione is one of my favorite couple from Harry Potter's world. Why? It's the same reason why Ron loves "us" and why Ron loves Hermione.

2. This entry also posted for "Surat Cinta Untukmu" event from Ren's blog. I got this idea when I read about this event.

3. All that interesting-mind-boggling-but-unimportant-facts can be found here. That piece about firefly is from Firefly.org

Thursday, February 7, 2013

Pushing The Limits

Judul : Pushing The Limits
Penulis : Katie McGarry
Penerbit : Harlequin Teen
Tahun Terbit 2012
Format : Ebook

 Sometimes it takes only one night to turn your life upside down...

Echo Emerson tampak memiliki segalanya : cantik, cerdas, bakat besar di bidang melukis, termasuk geng siswa populer dan berpacaran dengan seorang bintang basket di SMU mereka.
Namun dalam satu malam semuanya berbalik 180 derajat.
Echo tak ingat apa yang terjadi pada malam menentukan itu. Yang pasti dia terbangun di rumah sakit dengan luka besar di lengannya serta informasi bahwa sang ibu kandunglah pelakunya. Ketika dia kembali ke sekolah, sudah beredar gosip bahwa dia mencoba bunuh diri dan berakibat pada pengucilan Echo. Saat ini yang Echo inginkan hanyalah kembali hidup normal dan itu hanya bisa didapat bila dia bisa mendapatkan memorinya lagi.

Dalam satu malam juga hidup Noah Hutchins berubah drastis.
Tadinya dia adalah bintang basket dengan prestasi akademis bagus dan keluarga harmonis. Namun kebakaran menewaskan kedua orang tuanya dan membuat Noah serta kedua adiknya harus ditempatkan dalam rumah asuh. Karena suatu insiden, Noah ditempatkan di rumah asuh yang berbeda dengan kedua adiknya, hak berkunjung pun dibatasi. Saat ini yang diinginkan Noah hanyalah segera lulus dan mendapatkan hak asuh kedua adiknya.

Berkat campur tangan Mrs. Collins (school conseulor), mereka berdua dipertemukan. Echo perlu uang untuk memperbaiki mobil Aires. Noah butuh bimbingan supaya dia lulus tepat waktu.
Dan dua individu yang terkucil ini menemukan kesamaan di diri satu sama lain. Mereka pun berjanji untuk saling membantu menipu Mrs. Collins demi mencapai "tujuan" mereka.
Akankah rencana  itu berhasil?

Saya membaca buku ini tanpa ekspektasi apa-apa. Yap, saya tahu ratingnya tinggi di Goodreads. Tapi somehow, sinopsis dan covernya tidak membuat saya tertarik.
Ternyata saya sangat menikmati bacaan saya kali ini. And here's why :

1. The Story

Yang saya suka adalah, saya ngerasa bisa "percaya" sama cerita ini. Konflik batin yang dihadapi Echo dan Noah untuk menemukan kembali sedikit dunia lama mereka bisa saya pahami.

Emang sih, agak ngeselin liat betapa pengennya Echo diterima lagi oleh geng popularnya. Padahal dia tahu kalo sebagian besar teman itu meninggalkannya saat dia jatuh. Kok ya masih aja dia mo berusaha untuk masuk kembali ke lingkungan populer itu? Kalo saya sih bakal ngambil sikap : "This is me. Take it or leave it."
Lalu saya teringat kayak gimana situasinya di SMU dulu, gimana pentingnya acceptance di pergaulan. Masa sekolah saya tergolong cukup normal, jadi saya kurang paham perasaan Echo. Tapi saya bisa kebayang gimana gak enaknya dikucilkan. Dan karenanya saya bisa ngerti usaha dia untuk diterima kembali.

Dan Noah...wow...saya malah lebih bisa "relate" dengan inner conflictnya.

See...satu hal dari Echo adalah : at least people in her life still there after "that" incident. Yep things had changed, but no one's dead in her case. And for me, as long as the people still alive then there would always a chance to make things right again. No matter how small that chance is, but it still exists somehow.
"They’d never know that they lost the two most amazing people on the face of the planet. They’d never know how the loss had torn me up every single day of my life."
-
Noah Hutchins-
But Noah is a whole different case.
After that day, he practically lost everything : his parents, his stable life, his future.
Dan yang paling menyakitkan bagi Noah adalah kenangan.
Kenangan akan masa indah yg sudah lewat dan gak bakal bisa kembali. Kenangan akan orang menakjubkan yang sayangnya gak akan dikenal oleh orang banyak. Dan yang paling pahit bagi Noah adalah kedua adiknya tidak mengingat orang tua mereka.

Boy, I know that feeling very well.
My younget brother still a little kid when dad had passed away. And I really want him to know more about this greatest person on earth which is our dad.
Saya ngerti banget kenapa Noah selalu bercerita tentang orang tuanya pada kedua adiknya. Alasan yang sama yang bikin Noah pengen banget tinggal bareng adiknya seperti dulu. Supaya ada perasaan semuanya masih tetap sama dan bahwa orang tua mereka akan selalu "diingat".

Saya gak bilang itu pilihan yang bijaksana. Tapi saya ngerti godaan untuk memaksakan "memori tentang orang tersayang" ke orang lain. So I could relate to Noah well.

2. Gaya Penulisan
Well...sebenernya sih ada sedikit masalah dengan gaya penulisan McGary yang suka repetitif itu. Misalnya tentang deskripsi fisik dan karakter Echo & Noah yang itu-itu aja dan diulang melulu (_ _").
Tapi untungnya, di Pushing The Limits McGary bercerita dengan gaya POV 1 dari sisi Noah dan Echo bergantian. Dengan begini, saya lebih bisa mengerti perasaan dan pikiran Noah dan Echo.

3. Karakternya

Saya suka cara penulis membuat karakter dua tokoh utamanya. There are so many layers inside of them.
“Are you ready to take the ACT on Saturday?" my father asked.
Did chickens enjoy being put on trucks labeled KFC? "Sure.”
- Echo Emerson-
Pada awalnya, Echo terlihat sebagai gadis cerdas nan sinis sementara Noah...yah...tipikal remaja tukang madat nan playboy. In some ways, they're unpleasant to be with :).

Tapi saat cerita berlanjut, kita dibawa untuk membuka lapisan lebih dalam dari Echo dan Noah. Ternyata, mereka hanyalah dua manusia pahit yang pernah punya masa depan cerah dan saat ini selalu menyesali semua yang telah hilang. Bisa dipahami kalo mereka jadi pahit ketika semua itu terenggut paksa.
“The worst type of crying wasn't the kind everyone could see--the wailing on street corners, the tearing at clothes. No, the worst kind happened when your soul wept and no matter what you did, there was no way to comfort it. A section withered and became a scar on the part of your soul that survived. For people like me and Echo, our souls contained more scar tissue than life.”
-Noah Hutchins-
Tepat seperti itulah mereka. Dua orang yang menangis dalam diam, namun terluka paling dalam. Dan McGary mampu menyampaikan kesedihan Echo dan Noah dengan sangat baik hingga saya turut merasakan those silent tears.

Namun bukan hanya 2 karakter utama saja yang menarik.
Saya juga suka dengan Mrs. Collins, counselor mereka. Berkat Mrs. Collins lah Echo dan Noah berani belajar untuk percaya lagi. Senang mengetahui ada sosok dewasa yg membimbing mereka.

Lalu ibu tiri Echo.
See...selama ini kita mengenal sang ibu tiri hanya via narasi Echo, so naturally kita pun sepaham dengan Echo. Belakangan saya sadar betapa salahnya membuat asumsi tanpa melihat dari sisi lain :D.
“I wrote about the person I love most, my older brother, Noah. We don't live together so I wrote what I imagine he does when we're not together."
"And what is that?" prodded the stout man.
"He's a superhero who saves people in danger, because he saved me and my brother from dying in a fire a couple of years ago. Noah is better than Batman."
-Jacob Hutchins on his winning speech-
Dan kedua adik Noah, terutama Jacob. They both stole my heart. Kedua adiknya inilah yang mencegah Noah dari kehancuran total.
Saya terharu sewaktu melihat betapa Jacob masih begitu percaya dan sayang sama Noah bahkan setelah semua yang terjadi. We all need at least someone who would trust us 100%, no matter what had happened. Glad for Noah because he has that.

4. Character Development

Ini juga satu aspek yang bikin buku ini "juara" buat saya. Karena Echo dan Noah yang ada di awal buku sungguh berbeda dengan yang di akhir.

Echo dan Noah berkembang di sepanjang buku ini, tapi perkembangan itu tidak terjadi secara instan. Gak ada satu peristiwa drastis yang memaksa mereka untuk langsung "berubah". Sebaliknya, McGary memintal adegan demi adegan, merangkai kata demi kata sehingga character development-nya Echo dan Noah terasa believable dan gak maksa.
"We all started off this way—small little bundles of joy. Me, Aires, Noah, Lila, Isaiah and even Beth. At some point, someone held and loved us, but somewhere along the way, it all got screwed up."
-Echo Emerson-
Kalimat itu emang gak begitu berkesan dibanding kutipan lain dari buku ini, tapi kalimat itu yang bikin saya ngeh betapa jauh seorang Echo berubah. Betapa Echo kini belajar melihat hal dari perspektif berbeda.
“Why is it when people are proud of me that my life sucks?” - Noah Hutchins-
“Because growing up means making tough choices, and doing the right thing doesn’t necessarily mean doing the thing that feels good.” -Mrs. Collins-
Saya gak mau bahas banyak tentang character development Noah di sini. Tapi kutipan itu semestinya cukuplah memberi tahu perubahan Noah.

5. Endingnya
“It doesn't get better," I said. "The pain. The wounds scab over and you don't always feel like a knife is slashing through you. But when you least expect it, the pain flashes to remind you you'll never be the same.”
-Noah Hutchins-
Satu bintang lagi untuk ending buku ini. Endingnya tipe kesukaan saya.
Not the kind of ending that full of sweet stuff, sunshine and roses. It's the kind of ending which told us that there are still lots of hard work ahead for Echo & Noah in terms of working through issues. But you could be sure that they would overcome whatever happens together. And that is enough :).

Kalo ada kekurangan buku ini, itu adalah rasa asing saya dengan konsep instalove-nya Echo dan Noah.
Dari sejak bertemu, langsung ada ketertarikan antara Echo dan Noah yang terus bertumbuh hingga akhir buku. Sebut itu semau anda : love at first sight, special sparks, chemistry, apapun itu. Pokoknya, saya sangsi dengan hal semacam itu. Tapi mungkin itu hanya saya sih.

Dan...sebenarnya saya heran. Sewaktu Echo dikira terluka karena mencoba bunuh diri, kenapa dia malah dikucilkan oleh teman-temannya ya? Kenapa gak ada yang simpati? What kind of cynical society we've build now? But put it aside...
Pushing The Limit tells us about many things. It's about how important it is to accept your self first before you could seek for society acceptance. It's also about learning to see each problem from different side of view.
And mainly : it's about keeping forward. No matter how bad your life is now, how deep in shit you are, just keep forward, keep moving. Because something better might come along later.

It's the kind of book that gave me heart wrenching feeling in some places, made me shed both happy and sad tears at several points in the story, but it was all worth it in the end. I finished this book smiling peacefully and hugging my ereader in bliss.

Five shiny stars for this book.