Saturday, March 2, 2013

Harry Potter & The Chamber Of Secrets

Data Buku :
Judul : Harry Potter and the Chamber of Secrets

Penulis : JK Rowling
Tahun Terbit : 1998
Penerbit : Bloomsburry
Jumlah Halaman : 251
ISBN : 0747538492
Rating : 3 out of 5 stars

Sinopsis :

Ever since Harry Potter had come home for the summer, the Dursleys had been so mean and hideous that all Harry wanted was to get back to the Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. But just as he's packing his bags, Harry receives a warning from a strange, impish creature who says that if Harry returns to Hogwarts, disaster will strike.

And strike it does. For in Harry's second year at Hogwarts, fresh torments and horrors arise, including an outrageously stuck-up new professor and a spirit who haunts the girl's bathroom. But then the real trouble begins - something is attacking Hogwarts students, turning them into stone. Could it be Draco Malfoy, a more poisonous rival than ever? Could it possibly be Hagrid, whose mysterious past reveals dark secrets? Or could it be the one everyone at Hogwarts most suspects ... Harry Potter himself!


Spoiler Alert!

Dari ke-7 buku Harry Potter, buku ke-2 ini my least favorite, malah satu-satunya buku yang gak pernah saya baca ulang sebelum event Hotter Potter ini.

Please note, bukan berarti saya menganggap buku ini jelek. Jauuuhh dari itu.
Buku ini punya twist yang keren, salah satu twist terkeren di serial ini malah.
Maksud saya, siapa sih yang bisa nebak kalo pelaku utamanya adalah sebuah diary?  Mana ada sih yang nyangka kalo sebuah memori yang disimpan dalam diary bisa bertindak sejauh itu? (Well...saya sih gak nyangka :p)
Lalu anagram Tom Marvolo Riddle itu? Cool! Di sini lah JKR pertama kali memperkenalkan konsep horcrux dan saya sih gak nyangka horcrux itu berperan penting nantinya. Keren, bu Rowling!

Saya juga suka dengan kemunculan Lockhart di sini. Iya, emang sih dia tuh narsis ngeselin. Tapi se-ngeselin apapun dia, buat saya mah kelakuan Lockhart itu jadi penyegar di suasana muram buku ke-2.
Dan saya juga suka pada fakta betapa buku ini jadi fondasi untuk aspek yang berperan dalam serial ini nanti, contohnya : horcrux, awal romansa/debat Ron-Hermione (it's cute anyway), mantra Expelliarmus yang jadi salah satu mantra andalan Harry, juga perkenalan lebih jauh dengan Ginny Weasley (saya termasuk yang gak nyangka kalo Ginny berperan dalam hidup Harry nantinya.).

Satu lagi yang saya sukai, buku ini adalah satu-satunya buku dalam serial ini yang hanya berpusat pada 1 misteri aja. Konfliknya tidak berhubungan dengan masa lalu Harry, malah membuka masa lalu Voldemort dan Hagrid. Sapa sangka ya ternyata Voldemort dan Hagrid itu sejaman sekolahnya. Dan di sini juga Harry pertama kali menggunakan kemampuannya sendiri untuk bertarung. Kalo di buku 1 kan bisa dianggap menang karena beruntung tuh. 

Jadi dengan semua itu sebagai pertimbangan, saya mengakui buku ini bagus, 5 bintang malah.
Tapi saya ngasi rating bukan berdasarkan bagus enggaknya suatu buku, tapi berdasarkan seberapa besar kesukaan saya (memang subjektif kok rating saya) terhadap buku tersebut.
Dan kalo tolak ukurnya adalah suka, maka rating saya 3 bintang juga.

Here's my reasons :

1.Semua buku di serial Harry Potter ini tipikal ya dalam segi timing konfliknya.
Di bulan-bulan awal masa sekolah itu gak ada yang berarti. Yah ada lah sedikit konflik sini dan sana, tapi gitu aja. Sampe akhirnya muncul beberapa masalah seiring berjalannya waktu. Lalu mencapai klimaks di akhir masa tahun ajaran.
Kenapa sih harus selalu (selalu!)  menjelang tahun ajaran berakhir baru klimaks? Kenapa Voldemort ato pun kroninya baru muncul setelah musim ujian selesai?
Saya bisa nangkap pemilihan waktu di buku 1 karena Quirrell menunggu Dumbledore pergi, begitu juga di buku ke-3 dan seterusnya, tapi untuk buku ke-2 ini, saya gak menemukan alasan kuat.
I mean, Dumbledore udah pergi dari Hogwarts di 1/3 akhir buku. Jadi apa yang membuat pewaris Slytherin menunggu hingga ujian selesai baru melakukan tindakan drastis? Kenapa gak langsung setelah Dumbledore pergi?

2. Saya mendeteksi adanya kecenderungan Rowling menjadikan tokoh Dumbledore ato Hermione sebagai pengisi plot hole.
Ada sesuatu yang kurang jelas di sepanjang cerita? Hermione yang bakal menjelaskan.
Sampe akhir buku masih ada bagian yang kurang jelas maupun pertanyaan yang belum terjawab? Tenaaangg, the Mighty Dumbledore punya semua jawaban. Dari jawaban penyebab Harry mampu menangkal kutukanVoldemort saat bayi sampai ke jawaban apakah Harry layak masuk Gryffiondor, semua ada di Dumbledore.
Nothing's wrong with this way. Cuma aja saya ngerasa jenuh dengan pengisian plot hole ala Rowling.

3. Dan karakter-karakter Harry Potter ini hitam putih banget.
Sepertinya di kamus Rowling gak ada isitilah karakter abu-abu. Either you're a good people or a bad one.
Hal itu kerasa banget di buku ini.
Semua karakter antagonis masuknya ke Slytherin. Kok saya gak nyaman dengan konsep pembagian kayak gini. Rasanya kok ya Hogwarts itu pasrah-pasrah saja ya dengan murid yang berpotensi antagonis? Gak ada kah usaha untuk mengubah mereka?

Lalu masih menyangkut karakter antagonis, saya pengen membahas Draco Malfoy.
Mungkin cuma saya aja yang kayak gini, tapi saya selalu pengen percaya tiap orang tuh punya area abu-abu. Dan karenanya saya selalu berpikir ada sisi baik dalam diri Draco, ato minimal sisi rapuhnya lah yang membuat dia lebih manusiawi. Di buku ini, Rowling punya kesempatan untuk nunjukkin sisi lain Draco waktu Ron dan Harry menyamar jadi Crabbe dan Goyle. But noooo....Rowling tetap milih menunjukkan Malfoy dengan "pesona"nya yang biasa.

Well...saya sangat sadar kalo 3 point yang saya sebutkan di atas ada di buku-buku berikutnya juga.
Lalu kenapa cuma saya anggap menganggu di buku ke-2 ini?
Karena di buku ini saya pertama kali "ngeh" dengan hal tersebut. Di buku ke-1 saya masih (terlalu) terpesona dengan dunia Harry Potter sedangkan pada buku ke-3 sampe ke-7, saya udah bisa nerima hal ini dan sudah berdamai dengannya haish....segala damai X))

12 comments:

  1. Aku juga agak bingung tuh dengan isi asrama Slytherin. Eh sebenernya dengan pembagian asrama secara keseluruhan sih. Kan di Hogwarts pembagian asramanya berdasarkan sifat. Itu kan jadi kayak diskriminasi. Kenapa nggak dicampur aja? Jadi kan yang berpotensi nyeleweng nggak ngumpul di Slytherin semua. Dan bisa jadi kalo si Draco sama Harry satu asrama mereka jadi akrab. ehehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo dicampur, berarti pembagian asramanya berdasarkan apa dong?
      Acak gitu?

      Hmm....menarik. Ada kemungkinan Harry sama Ron bertanding di tim Quidditch yang berbeda ya.

      Delete
  2. hahaha namanya juga imajinasi mba..jauh dari rasionalitas hehehe
    tapi memang buku ini jadi favorit terakhir dari semua buku harpot, entah kenapa aku gak menemukan jawabannya loh sampe skrang :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ow...aku juga gak protes soal rasionalitasnya.
      Tapi aku bosen aja sama polanya Rowling.

      Delete
  3. Hahaha... Jadi inget pembagian fraksi di Divergent yg mirip banget sama pembagian asrama ini. Ok, salah, Divergent yg mungkin niru Sorting Hat. Semua dengan sifat yg sama masuk di fraksi ato asrama yg sama. Iya ya, kudunya memang bervariasi karakter bisa masuk dalam satu asrama ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi di Divergent itu masih ada karakter abu-abu. Kalo di Harry Potter ini kan hitam putih banget

      Delete
  4. wuah spoilerrrr. tapi udah baca ding XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. ish...kan udah dikasi tahu di atas kalo spoiler ;p

      Delete
  5. Nampaknya ujian di Hogwarts itu cuman buat pelengkap aja. Maksud gw, aneh jika setting-nya sekolahan, tapi nggak ada kisah tentang ujian. Meskipun sebenarnya kunci klimaks adalah kemunculan Tom Riddle, bukan ujiannya. Karena klimaks harus terjadi di akhir buku, maka terpaksa ujian duluan yang dimunculkan, bukan perang melawan Tom Riddle-nya.

    Malfoy itu sebetulnya karakter abu-abu, tapi keabu-abuannya baru muncul pada buku ke-6 dan ke-7.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dibilang abu-abu jg gak sih, vic. Menurut gw, dia lebih cocok dianggap oportunis.
      Ebentar...orang oportunis masuknya abu2 gak?

      Delete
  6. Saya setuju kalau buku 2 ini paling bagus. Buku ke 2 ini yg membuat saya jatuh cinta sama HP (meskipun ga sebegitu cintanya sampai harus baca ulang hehehe...).
    Dan twist cerdas adalah anagram nama Voldemort itu. Dari situ saya mulai suka dengan anagram. Soal Hermione sebagai pengisi plot-hole emang kerasa banget sampai buku terakhir. Yah mungkin itulah fungsi tokoh Hermione dibikin jadi pintar :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah...soal anagram Voldemort itu emang keren banget ya.
      Iya. Dan mungkin JKR udah merencanakan kematian Dumbledore ya (sang ultimate plot-hole filler) makanya dia bikin karakter Hermione juga

      Delete